Judulnya Gak Usah Remedi lah

remidi-adit
Jangang gampangin remedi broh…

Ngomong-ngomong soal ujian pasti kalian semua pada takut, kalau yang tidak takut ane yakin bahwa pasti bukan kalian. Siapa yang gak takut ya yang kecuali tapi sebagian besar takut dengan kata yang satu ini. Apalagi kalau sudah kelas atau semester akhir. Berbagai usaha pun dilakukan untuk dapat “lulus” dari ujian itu. Orang yang bangun siang tiba-tiba sudah bangun tengah malam, orang yang biasa nonton film terus tiba-tiba rajin baca buku, dan yang biasa malas-malasan ibadah langsung rajin ibadah, sampai ke sunah-sunahnya.

Ujian kan sudah ini lha terus apa yang dilakukan sekarang. Istilah kerennya tawakal, atau dalam realita kehidupan sehari-hari adalah menunggu. Sekian lama aku menunggu, untuk kedatangan mu kedatangan nilai ujian. Mental seorang siswa benar-benar diasah pada tahap ini karena apa? Sebab kalau tidak siap bakal ada suatu kejadian yang tak terduga. Misalnya nafsu makan tinggi, nafsu birahi emosi tinggi, dan bisa-bisa masuk di peringatan rokok “Ujian Membunuhmu”.

Waktu yang ditunggu pun tiba, nilai sudah keluar lantas apa yang dilakukan, ya dilihat nilainya. Sebuah keberuntungan bagi orang-orang yang berilmu dan kapesan bagi orang yang senang menempuh SKS (sistem kebut semalam) yang berat. Ketika mendapat nilai yang bagus, ayem-ayem saja tapi ketika mendapat nilai yang jelek, mampus lo. Lo mau apa sekarang ha?

Kebingungan siswa yang mendapat nilai jelek ya itu sudah jadi konsekuensi kalian gan. Terus lo mau apa? Mau minta remedi sama guru atau dosen lo. Ya jelas pasti, satu-satunya celah sempit yang dapat menjadi jalan untuk meningkatkan nilai ya remedi itu. Sudah banyak kok yang sering remedi, bahkan sudah menjadi rutinitas pasca ujian. Bahkan mungkin sudah ada yang mempersiapkan remedi sebelum ujian dimulai.

Namun yang perlu diketahui bahwa nilai remedi dengan nilai ujian itu berbeda gan. Nilai remedi itu didapat dari remedi sedangkan nilai ujian didapat dari kang sayur ujian. Tahu gak sih, nilai remedi itu bobotnya kurang dari 50% dari nila ujian. Misal nilai akhir diambil dari empat kali ujian yaitu ulangan harian dua kali, mid, dan ujian akhir. Ulangan harian berbobot 20% maka sudah dapat 40%, kemudian mid berbobot 25% dan otomatis ujian akhir berbobot 35%. Sekarang hitung saja, 50% dari 35% adalah 17,5%. Bobot maksimal remedi adalah 17,5%, 2,5% lebih rendah dari ulangan harian. Itu saja bobot maksimal bro. Jadi pikir-pikir saja daripada buang-buang waktu buat remedi mending bantu ibu berjualan di pasar.

Itu tadi kalau di atas kertas, sekarang kita bahas di atas kasur kenyataannya. Kebanyakan dosen itu sering tidak objektif maksudnya adalah dosen akan memberikan nilai bagus untuk orang-orang yang dikenalinya. Jadi bagaikan sudah jatuh tertimpa bidadari tangga. Sudah dapat nilai jelek, mau remedi, gak dikenali sama dosennya ya sudah pasti itu nilainya hanya akan berubah satu strip. Dari B menjadi B- dan dari B+ menjadi B- juga. Hehehehehe………….

Jadi ini gan, nilai boleh menjadi patokan keberhasilan agan akan tetapi ada yang perlu diperhatikan yaitu waktu. Agan boleh memperbaiki nilai agan dengan cara remedi tapi berapa waktu yang terbuang waktu agan remedi. Yang berlalu biar lah berlalu, gak perlu ambil golok pusing karena life must be rich go on. Nilai sekarang jelek, oke. Tapi nilai kelas atau semester selanjutnya harus lebih bagus. Manfaatkan uang waktu agan untuk mempersiapkan materi yang akan diajarkan pada semester depan.

Leave a comment